Selasa, 07 Januari 2014

POLA KONSUMSI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA PEGAWAI PEMERINTAHAN DI KANTOR BUPATI KABUPATEN JENEPONTO

        Masalah overweight dan obesitas meningkat dengan cepat di berbagai belahan dunia menuju proporsi epidemik. Di Negara maju, obesitas telah menjadi epidemik dengan memberikan kontribusi sebesar 35% terhadap angka kesakitan dan berkontribusi 15-20% terhadap kematian. Obesitas tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi menyebabkan masalah kesehatan yang serius yang dapat memacu kelainan kardiovaskuler, ginjal, metabolik, protrombik dan respon inflamasi (Grundy et al, 2004).

       Faktor risiko asupan gula sukrosa yang tinggi dengan kejadian obesitas sentral
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa konsumsi makanan dan minuman manis dalam hal ini asupan gula sukrosa yang tinggi merupakan faktor risiko obesitas sentral pada pegawai di kantor bupati kab. Jeneponto. Besarnya risiko terjadinya obesitas sentral pada responden dengan asupan gula sukrosa yang tinggi (>50 g/ hari) adalah 4,2 kali lebih besar dibanding dengan responden dengan asupan gula sukrosa yang cukup yaitu ≤ 50 g/ hari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Masnar (2010) yang menyatakan bahwa prevalensi obesitas sentral tampak pada responden yang mengonsumsi makanan manis, berlemak, jeroan lebih dari setiap hari atau lebih. Untuk variabel konsumsi makanan manis dan jeroan nilai p= 0,001 dan p = 0,048. Makanan manis meningkatkan berat tubuh dan lingkar perut. Hubungan ini diduga karena kombinasi antara makanan berlemak dengan makanan manis. Makanan manis seringkali kaya lemak (Drapeau et al. 2004).

       Faktor risiko asupan lemak yang tinggi dengan kejadian obesitas sentral
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa banyaknya responden kasus yang memiliki asupan lemak tinggi yaitu >110% AKG adalah sebanyak 28 orang atau sebesar 70% sedangkan responden kasus yang memiliki asupan lemak cukup yaitu 80-100% AKG adalah sebanyak 12 orang atau sebesar 30%. Sedangkan responden kontrol yang memiliki asupan lemak tinggi yaitu hanya 8 orang atau sebesar 20% sedangkan responden kontrol yang memiliki asupan lemak cukup sebanyak 32 orang atau sebesar 80%.

       Faktor risiko konsumsi sayur dan buah yang rendah dengan kejadian obesitas sentral
Konsumsi sayuran dan buah-buahan responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan asupan serat. Tubuh membutuhkan serat. Dalam saluran pencernaan, serat larut mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol) dan kemudian dikeluarkan bersama tinja dengan demikian makin tinggi konsumsi serat larut (tidak dicerna, namun dikeluarkan bersama feses), akan semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh.

Untuk mendapatkan teks aslinya download disini....... :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar